Festival Pesona Aekhula 2024 Lengkapi Pesta Kuliner dengan Workshop dan Lomba Memasak Berfokus pada Penanganan Stunting
Festival Kuliner Nusantara yang ditandai dengan serangkaian acara seperti workshop dan kompetisi memasak dengan bahan dasar ikan menjadi sorotan utama dalam Festival Pesona Aekhula 2024
DIDATA NIAS | Festival Pesona Aekhula 2024 di Nias Barat mendapatkan sambutan yang hangat, terutama dari para pecinta kuliner Nusantara. Festival ini juga merangkul penggemar makanan laut dengan mengadakan workshop dan lomba memasak yang menggunakan ikan sebagai bahan dasar.
Workshop yang berjudul "Percepatan Penurunan Stunting" ini mendatangkan narasumber yang berpengaruh seperti Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran Direktorat Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Turut hadir juga April Imelda Juwita Hia, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Barat; Herlina Jabir dari RRI; dan moderator Nelly Situmorang dari Indopos. Co.
Pada kesempatan tersebut, Erwin Dwiyana menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi di mana tinggi badan tidak sesuai dengan umur, disebabkan oleh kurangnya gizi. Dampaknya, antara lain, anak rentan terhadap gangguan kesehatan dan perkembangan otak.
Menurut Erwin, penanganan stunting penting dilakukan sejak dini, terutama pada fase 1000 hari pertama kehidupan. Mengubah pola makan menjadi salah satu cara penanganannya, dengan ibu memberikan asupan gizi terbaik kepada anaknya.
Bahan makanan yang berperan penting dalam mencegah stunting adalah protein dan asam lemak omega 3. Erwin menjelaskan, kedua nutrisi ini banyak terkandung dalam ikan. Masyarakat diimbau untuk mengkonsumsi ikan segar sebanyak 46 kg per orang setiap tahun.
Potensi stunting juga bisa dicegah sejak usia produktif dan pra-pernikahan. Selain itu, ditekankan pentingnya pemahaman akan dampak pernikahan dini terhadap pola asuh anak dan potensi stunting.
Sebagai penutup, disepakati betapa seriusnya pemerintah dan swasta dalam menangani masalah stunting. Hal ini dilakukan agar generasi mendatang, generasi Z, dapat berkembang optimal dan menjadi pemimpin bangsa yang mampu membawa Indonesia menuju era emas pada tahun 2045.
Pendekatan Gizi Terhadap Penanganan Stunting: Fokus Utama dalam Workshop Festival Pesona Aekhula 2024"
Selama workshop tersebut, Dwiyana memberikan penjelasan yang mendalam mengenai hubungan antara kurangnya asupan gizi dengan kemunculan kasus stunting. "Stunting bermula dari kekurangan asupan gizi, baik protein maupun elemen nutrisi lainnya,” ungkapnya dalam Festival Kuliner Nusantara yang diadakan di Pantai Gu'u Sirombu, Nias Barat.
Ia juga menekankan pentingnya memberikan asupan gizi yang cukup kepada anak-anak yang sudah berusia dua tahun. Karena pada umur ini, asupan gizi sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. "Pada usia dua tahun, stunting tidak bisa lagi kita hindari meski diupayakan dengan pemberian makanan apapun. Oleh karena itu, pentingnya 1000 hari pertama kehidupan bagi anak dalam mendapatkan asupan gizi yang cukup," tegasnya.
Peran Ikan Sebagai Sumber Asupan Protein dan Omega 3 dalam Pencegahan Stunting
Dwiyana menegaskan lagi bahwa peranan makanan dalam menangani stunting sangat penting, dan di sini lah ikan menjadi relevan. Ikan merupakan sumber utama protein dan asam lemak omega-3 yang baik. Protein membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta omega-3 yang penting dalam perkembangan otak.
"Kita sering mendengar bahwa produk susu memiliki kandungan omega 3. Namun, sebenarnya ikan memiliki kandungan omega 3 yang lebih tinggi dibandingkan susu kaleng," tambahnya. Erwin bahkan mendorong generasi produktif agar lebih sering mengkonsumsi ikan dengan target sebanyak 46 kg per orang setiap tahun.
Pencegahan Stunting Melalui Perencanaan dan Pola Asuh yang Baik"
Dwiyana juga menekankan perlunya pencegahan stunting pada individu yang siap menikah atau usia produktif. Menurutnya, cukup dengan memberikan asupan gizi yang tepat, generasi mendatang bisa terhindar dari stunting. "Salah satu cara untuk menghentikan stunting adalah dengan menjamin asupan gizi yang cukup bagi individu usia produktif sebelum mereka menikah," ungkap Dwiyana.
Lebih lanjut, ia menyinggung pernikahan dini dan potensi stunting yang bisa timbul dari situ. Ibu muda karena menikah dini kerap memiliki pola asuh yang terganggu. Akibatnya, asupan gizi bagi ibu muda beserta anak-anaknya bisa menjadi terbatas dan berpotensi menimbulkan stunting.
Keseriusan pemerintah dan swasta dalam menangani stunting sangat terlihat. Dengan harapan, generasi Z yang ada di masa depan dapat tumbuh optimal menjadi penerus bangsa dan pemimpin bangsa pada "Indonesia Emas" tahun 2045.
Posting Komentar